Rabu, 09 Januari 2013

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN


A.    Pengertian dan Tujuan Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki perfomansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu yang bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan.
Pengembangan (development ) menunjuk kepada kesempatan-kesempatan belajar (learning opportunities) yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja.
Pelatihan langsung berkaitan dengan performansi kerja, sedangkan pengembangan (development) tidaklah harus. Pengembangan mempunyai skope yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan.
Tujuan Pelatihan dan pengembangan :
a.       Pegawai akan menjadi lebih terampil
b.      Lebih produktif
c.       Dapat memperbaiki kepuasan kerja
d.      Sarana yang ditujukan pada upaya untuk lebih mengaktifkan kerja para anggota organisasi yang kurang aktif sebelumnya
e.       Mengurangi dampak negative yang dikarenakan kurangnya pendidikan, pengalaman yang terbatas

B.     Kapan Pelatihan Dianggap Perlu
Pelatihan sering dipakai sebagai solusi atas persoalan kinerja organisasi. Tanggapan dan aktivitas organisasi.
SITUASI
TANGGAPAN ORGANISASI
AKTIFITAS KEPEGAWAIAN
1.      Permasalahan yang tidak berarti
Abaikan hal tersebut
Tidak
2.      Kriteria seleksi tidak memadai
Meningkatkan perhatian pada criteria seleksi.
Analisis pekerjaan
3.      Para pekerja tidak mengetahui standar-standar kinerja
Mengadakan umpan balik
Orientasi
Evluasi kinerja
4.      Para pekerja kurang trampil
Mengadakan pelatihan
Pelatihan
5.      Kinerja yang baik tidak dihargai

Memberikan imbalan atau hukuman, dan kaitkan hal-hal tersebut
Evaluasi Kinerja
Kinerja yang jelek tidak dihukum

Tindakan disiplin
Analisis : Ada beberapa yang lebih sulit dilaksanakan dibandingkan dengan yang lain. Mengubah criteria seleksi atau imbalan, dan juga hukuman, mungkin sulit karena hal-hal tersebut mencakup perubahan dalam evaluasi pekerjaan dan rencana-rencana komponen yang fleksibel. Karena pelatihan merupakan salah satu pilihan yang paling mudah untuk dilaksanakan, kesempatan pilihan ini digunakan jauh lebih besar tanpa peduli akan kesesuaian/tindaknya dengan situasi.
C.    Jenis Program Pelatihan dan Pengembangan
Terdapat banyak pendekatan untuk pelatlian. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1.      Pelatihan Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
2.      Pelatihan Ulang
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3.      Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
4.      Pelatihan Tim
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5.      Pelatihan Kreatifitas
Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.

 
Referensi         :
Ø  Garry Dessler, 1998, MSDM, Jilid 1
Ø  H. John Bernandian dan Joyce E. A,MSDM
Ø  Mutiara S.Pangabean, 2002, MSDM, Cetakan 1

PELATIHAN DAN TAHAP-TAHAPNYA


Pelatihan dan Tahap-tahapnya
Terdapat paling kurang tiga tahap utama dalam pelatihan dan pengembangan, yakni :
  1. Penentuan Kebutuhan Pelatihan (Assessing Traning Needs)
Pada tahap ini terdapat tiga macam kebutuhan akan pelatihan, yakni :
a.       General treatment need, yaitu penilaian kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu klasifikasi pekerjaan tanpa memperhatikan data mengenai kinerja dari seorang pegawai tertentu.
b.      Observable performance discrepancies, yaitu jenis penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap berbagai permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evalusi/penilaian kinerja, dan dengan cara meminta para pekerja untuk mengawasi sendiri hasil kerjanya sendiri.
c.       Future human resources needs. Jenis keperluan pelatihan ini tidak berkaitan dengan ketidaksesuaian kinerja, tetapi berkaitan dengan keperluan SDM manusia untuk waktu yang akan datang.
  1. Mendesain Program Pelatihan (Designing a Training Program)
Terdapat dua jenis sasaran pelatihan, yakni :
a.       Knowledge centered objectives = biasanya berkaitan dengan pertambahan pengetahuan, atau perubahan sikap.
Bernandin & Russell mengelompokan metode-metode pelatihan atas dua katagori, yaitu:
1.      Informational methods biasanya menggunakan pendekatan satu arah, melalui mana informasi-informasi disampaikan kepada para peserta oleh para pelatih.
2.      Experiental methods adalah metode yang mengutamakan komunikasi yang luwes, fleksibel, dan lebih dinamis, baik dengan instruktur, dengan sesame peserta, dan langsung mempergunakan alat-alat yang tersedia.
b.      Performance centered objectives = mencakup syarat-syarat khusus yang bekisar pada metode/teknik, syarat-syarat penilaian, perhitungan, perbaikan, dan sebagainya.
Pelatihan Formal dan Nonformal
a.       Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah pelatihan yang dilaksanakan secara formal (resmi) oleh organisasi atau perusahaan untuk para karyawan. Pelatihan jenis ini biasanya dilakukan secara teratur, terjadwal dengan mengacu pada kurikulum-silabus yang sudah ada. Kurikulum silabus disusun berdasarkan kebutuhan pelatihan yang sudah dikaji sebelumnya, sehingga materi pelatihan itu benar-benar berkaitan dan dapat meningkatkan kemampuan pelaksanaan pekerjaan seharri-hari karyawan.


Ø  Metode pelatihan formal :
1.      Belajar mandiri
2.      Metode belajar dikelas/ceramah
3.      Pelatihan ditempat kerja ( on the job training)
4.      Unjuk kerja
5.      Simulasi
6.      Sistem magang
7.      Pelatihan vestibule
8.      Bermain peran
9.      Telaah kasus
10.  Pelatihan laboratorium

Ø  Hambatan Pelatihan Formal
Faktor-faktor yang sering menghambat  terlaksananya suatu pelatihan antara lain :

1.      Penyediaan biaya yang kurang mendukung
2.      Penentuan kebutuhan pelatihan yang kurang tepat
3.      Penyediaan fasilitas saran dan prasarana
4.      Kurikulum-silabus yang kurang efektif
5.      Sulitnya memperoleh tenaga pengajar yang berpengalaman
b.      Pelatihan Non Formal
Pelatihan nonformal adalah pelatihan yang diadakan untuk melengkapi pelatihan formal. Pelatihan formal tidak selalu dapat dilakukan, karna ia memerlukan biaya yang besar, waktu yang lama, dan tenaga kerja yang harus dibayar mahal dan sebagainya. Salah satu jenis pelatihan nonformal disebut Built In training (BIT ) atau pelatihan melekat merupakn pelatihan yang berkesinambungan dan melekat dengan tugas setiap atasan, untuk  meningkatkan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar uraian pekerjaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.